Sunday, April 20, 2008

perkembangan psikologi remaja

perkembangan psikologi remaja

Problema Masa Remaja
Diterbitkan Januari 31, 2008 psikologi pendidikan
Tags: psikologi pendidikan, psikologi perkembangan, remaja

Fase remaja merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting. Harold Alberty (1957) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak sampai dengan awal masa dewasa. Conger berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa yang amat kritis yang mungkin dapat erupakan the best of time and the worst of time.

Kita menemukan berbagai tafsiran dari para ahli tentang masa remaja :

* Freud menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa mencari hidup seksual yang mempunyai bentuk yang definitif.Charlotte Buhler menafsirkan masa remaja sebagai masa kebutuhan isi-mengisi.Spranger memberikan tafsiran masa remaja sebagai masa pertumbuhan dengan perubahan struktur kejiwaan yang fundamental.
* Hofmann menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa pembentukan sikap-sikap terhadap segala sesuatu yang dialami individu.
* G. Stanley Hall menafsirkan masa remaja sebagai masa storm and drang (badai dan topan).

Para ahli umumnya sepakat bahwa rentangan masa remaja berlangsung dari usia 11-13 tahun sampai dengan 18-20 th (Abin Syamsuddin, 2003). Pada rentangan periode ini terdapat beberapa indikator perbedaan yang signifikan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Oleh karena itu, para ahli mengklasikasikan masa remaja ini ke dalam dua bagian yaitu: (1) remaja awal (11-13 th s.d. 14-15 th); dan (2) remaja akhir (14-16 th s.d.18-20 th).

Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan, baik secara fisik maupun psikis, yang mungkin saja dapat menimbulkan problema tertentu bagi si remaja. pabila tidak disertai dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri secara tepat, bahkan dapat menjurus pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan kriminal. Problema yang mungkin timbul pada masa remaja diantaranya :

Problema berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.

Problema berkaitan dengan perkembangan kognitif dan bahasa.

Pada masa remaja awal ditandai dengan perkembangan kemampuan intelektual yang pesat. Namun ketika, si remaja tidak mendapatkan kesempatan pengembangan kemampuan intelektual, terutama melalui pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi intelektualnya tidak akan berkembang optimal. Begitu juga masa remaja, terutama remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana dan pra sarana, menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa asing merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier seseorang. Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan berbahasa asing tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya. Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya.

Problema berkaitan dengan perkembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan.

Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk dengan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis. Sejalan dengan pertumbuhan organ reproduksi, hubungan sosial yang dikembangkan pada masa remaja ditandai pula dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan khusus dengan lain jenis dan jika tidak terbimbing dapat menjurus tindakan penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada masa remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya.

Problema berkaitan dengan perkembangan kepribadian, dan emosional.

Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya.

Selain yang telah dipaparkan di atas, tentunya masih banyak problema keremajaan lainnya. Timbulnya problema remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Agar remaja dapat terhindar dari berbagai kesulitan dan problema kiranya diperlukan kearifan dari semua pihak. Upaya untuk memfasilitasi perkembangan remaja menjadi amat penting. Dalam hal ini, peranan orang tua, sekolah, serta masyarakat sangat diharapkan.

sumber: wordpress.com

Wednesday, April 2, 2008

KONFLIK INTERNAL

Peristiwa ini terjadi hanya karena masalah sepele. Waktu itu saya tidak sengaja salah memasukan antara deterjen dengan pewangi saat ibu saya sedang merendam pakaian. Hal ini diketahui oleh ibu. Lalu saya langsung diomelin dan dibentak tidak karuan. Saya tidak mengerti kenapa ibu sampai begitu marahnya. Sungguh, saya tidak tahu sebenarnya apa yang menjadi beban di benak ibu saat itu sampai-sampai ibu melampiaskan amarahnya kepada saya. Saya sangat kaget dan merasa down ketika sedang dimarahi. Ketika itu ingin rasanya saya membela diri dan berbalik untuk melawan ibu. Tapi saya tidak bisa! Saya hanya bisa terdiam menerima perlakuannya. Saya sangat takut kalau ibu sedang marah-marah seperti itu. Kejadian yang seperti ini sudah sering saya alami. Saya cukup tertekan dengan keadaan yang membuat saya sangat takut. Tapi hal itu tidak berlanjut terlalu lama. Beberapa waktu kemudian saya dan ibu kembali ke keadaan yang normal seperti biasanya.

Thursday, March 27, 2008

pengalaman pribadi

pengalaman pribadi perkembangan psikologi remaja

Pengalaman Pribadi Pada Masa Perkembangan Psikologi Remaja

Memasuki babak baru untuk menempuh tingkat yang lebih tinggi, saatnya saya duduk di kelas dua MA (Madrasah Aliyah). Pada masa awal-awal pembelajaran di sekolah, saya ditawarkan untuk membantu mengajar disebuah TPA (Taman Pendidikan Al-qur’an) oleh ibu Mimin. Beliau adalah seorang kepala sekolah dan merangkap sebagai guru TK diwaktu saya masih sekolah di TK miliknya. Pada saat itu saya masih malu-malu untuk menerima tawaran mengajar tersebut. Yaa karena semenjak saya menjadi seorang siswa, saya selalu dibimbing dalam segala hal oleh para guru di sekolah. Ibarat seorang balita yang selalu disuapin makan oleh ibunya. Mengingat hal itu, saya merasa sangat tidak percaya diri apakah saya bisa untuk melakukan hal itu? Pertanyaan seperti itu selalu ada di benak saya. Sebelum saya mengambil keputusan, saya konsultasi terlebih dahulu kepada orang tua dan guru senior yang masih mengajar di TPA itu. Alhasil, atas semua saran dan masukan yang diberikan akhirnya dengan tekad yang bulat saya menyanggupi untuk mengajar di TPA itu.

Hari pertama saya mengajar, saya merasa sangat grogi sekali untuk berbicara dan berdiri di depan murid-murid yang masih sangat polos yang rata-rata berusia 5-10 tahun. Saat berdiri di depan kelas saya menjadi fokus bagi mereka, ditambah hadirnya para orang tua murid yang menunggu anak-anaknya di luar kelas juga sorotan matanya tertuju pada saya. Perasaan saya saat itu sangat bercampur aduk. Oleh sebab itu, saya sampai bingung harus memulainya darimana.

Saat awal saya mengajar, saya diawasi/ditemani oleh guru senior. Melihat kejadian betapa gugupnya saya di depan murid-murid, lalu saya dipanggil oleh guru senior kemudian saya diberi motivasi-motivasi yang membuat saya lebih percaya diri lagi. Untuk membuktikan keberanian itu, saya kembali berdiri di depan kelas dan mencoba memulai pelajaran dengan suasana hati yang tenang pada hari itu. Alhamdulillah saya berhasil melakukannya dengan lancar sampai waktunya selesai. Kegiatan seperti itu berjalan terus-menerus setiap harinya sehingga saya menjadi terbiasa untuk mengajar di depan kelas dengan suara yang lantang serta semua materi yang diajarkan dapat dipahami oleh murid-murid secara baik dan smoga dapat bermanfaat.